Menemani para ASD itu menyenangkan. Apalagi saat anak yang sudah dianggap terlambat mendapatkan penanganan ternyata bisa berkembang tak terduga.
Ada ASD sudah berusia 9 tahun saat kuhandel. Suka mengamuk, gulung, menangis teriak-teriak tiap kali yang dimaui tidak dituruti atau tidak dimengerti. Bicara terbatas, hanya mau mengucapkan satu suku kata. Setiap menginginginkan sesuatu lari tanpa mengenal bahaya.
Dulu, pernah hampir putus asa menghadapinya. Setiap akan memulai treatment kuelus dari pundak sampai ujung tangan kanan dan kirinya sambil berdoa untuk menenangkannya. Kebetulan dia suka dielus, jadi kulakukan itu agar dia tidak ngamuk. Aku hampir tak sanggup menahannya bila dia tantrum. Tubuhnya tinggi besar dan kuat, tidak seperti anak seusianya. Makannya juga kuat dan seperti tak kenal rasa kenyang.
ASD memang kadang tantrum, tetapi mereka tetaplah anak berhati bersih yang punya kepekaan hati. Mereka bisa merasakan ketulusan.
Demikian juga anak yang aku tangani. Dia pun tahu aku bermaksud baik. Dia berusaha progres, dari mengucapkan satu suku kata, lalu dua suku kata. Berkembang menjadi empat suku kata.
Setiap kali memulai belajar ada doa belajar dan membaca fatihah. Dia cuma ah-eh mendengarku melafalkannya. Belajar diakhiri dengan membaca surat-surat pendek dan Al Asr serta doa dalam Bahasa Indonesia.
Bulan lalu tiba-tiba dia mengajak mengakhiri belajar dengan membaca surat Al Asr secara lengkap. Aku terbelalak dan bahagia. Sebagai rewardnya kuturuti permintaannya. Tak disangka waktu berikutnya dia memberi surprise dengan hafal surat Al Ihlas, lalu surat An-Naas, terakhir surat Al Falaq dan Al Fatihah meski dengan pelafalan yang belum sempurna.
Bulan terakhir di tahun ini, dia sudah mulai bisa meminta sesuatu dengan kalimat yang bisa dimengerti. Dan satu kejutan lagi: menyanyi "Burung Kakak Tua" dengan ekspresif. Alhamdulillah, segala puji bagi-Mu, Yaa Allah.
Nganjuk, 19 Desember 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar